Kala ku menutup mata
Ku memandang dengan nyata
Saat ku kehilangan telinga
Ku mendengar sejelas-jelasnya
Waktu ku berhenti bicara
Ku mengucap beribu kata
Detik ku kehabisan logika
Ku memahami semua
Tepat ku mengosongkan hati
Ku mampu mengasihi
Sungguh...
Semakin tak punya, ku kian bahagia (?)
(Karenanya)
Biarlah jemariku terambil juga
Ku malah memintal sempurna
Tak apa kakiku terpasung dunia
Ku justru bebas berkelana
Sungguh...
Ku bahkan dekat denganmu, tanpa pernah bertemu
(Ya...ku makin mencintai dia,
dari seorang yang bahkan belum mengenalnya)